Welcome, Mom/Dad!
google_button Or please Login / Register!
Dongeng Time: Seekor Bintang Jatuh

Dongeng Time: Seekor Bintang Jatuh

Di suatu malam yang tenang di desa kecil bernama Langit Ceria, seorang anak bernama Lila sedang duduk di halaman rumahnya sambil menatap bintang-bintang.

Malam itu sangat cerah, dan langit penuh dengan taburan bintang seperti hamparan berlian. Lila senang sekali menatap bintang-bintang, bahkan ia sering berbicara dengan mereka seolah-olah mereka adalah temannya.


“Bintang-bintang di langit, kalian pasti senang ya, bersinar terang dan membuat dunia jadi indah,” kata Lila sambil tersenyum.


Tiba-tiba, salah satu bintang di langit tampak bergerak dan perlahan semakin terang. Bintang itu jatuh dari langit dan mendarat di taman belakang rumah Lila. Suaranya seperti desiran lembut angin, tidak keras, tetapi cukup membuat Lila terkejut.


“Wah, apa itu?” serunya sambil berlari menuju taman belakang.


Di sana, ia melihat sesuatu yang luar biasa: seekor bintang kecil, berwarna emas terang, tergeletak di rerumputan. Bintang itu tidak seperti bintang biasa di langit. Ia memiliki dua kaki kecil, dua tangan mungil, dan wajah dengan mata besar yang bersinar lembut.


“Uh… hei… apa aku di Bumi?” tanya bintang itu dengan suara lembut namun sedikit lemah.


Lila terkejut. “Kamu bisa bicara?! Siapa kamu?”


“Aku adalah bintang kecil dari langit. Namaku Orin,” jawabnya. “Aku terlalu bersemangat menari di langit tadi, hingga aku terpeleset dan jatuh ke sini.”


Lila menatap Orin dengan kagum. “Kamu bintang sungguhan? Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu?”


Orin menghela napas kecil. “Aku harus kembali ke langit sebelum matahari terbit, atau aku akan kehilangan sinarku selamanya. Tapi aku terlalu lelah untuk terbang sendiri…”


Lila memikirkan cara untuk membantu. “Jangan khawatir, aku akan membantumu, Orin! Kita pasti bisa menemukan cara agar kamu kembali ke langit.”


Perjalanan Menemukan Jalan Pulang


Lila membawa Orin ke dalam rumah dan memberinya seteguk air. Walau bintang tak biasa minum air, itu membuat Orin merasa segar kembali.


“Kamu tahu cara terbang ke langit lagi?” tanya Lila penasaran.


Orin menggeleng. “Aku butuh kekuatan dari cahaya yang murni. Mungkin ada sesuatu di bumi ini yang bisa membantuku.”


Lila berpikir keras. “Cahaya yang murni… oh! Bagaimana dengan kunang-kunang? Mereka juga punya cahaya!”


Lila dan Orin pun pergi ke hutan kecil di dekat rumah. Di sana, Lila memanggil kunang-kunang dengan cara bertepuk tangan perlahan sambil bernyanyi lagu kesukaannya. Satu per satu, kunang-kunang keluar dari persembunyiannya dan mengelilingi mereka.


“Hei, teman-teman kunang-kunang,” kata Lila. “Bisakah kalian membantu temanku, Orin, kembali ke langit? Ia butuh cahaya kalian.”


Salah satu kunang-kunang, yang terlihat paling besar, menjawab, “Kami akan membantumu, tapi ini membutuhkan energi besar. Kamu harus memberiku sesuatu yang berharga darimu sebagai gantinya.”


Lila ragu sejenak. Ia tidak punya apa-apa yang istimewa selain kalung berbentuk bintang yang diberikan oleh almarhum neneknya. Kalung itu adalah benda yang sangat ia cintai.


“Kalung ini sangat berharga bagiku, tapi aku mau menukarnya demi membantu Orin,” kata Lila dengan tulus.


Kunang-kunang besar itu menerima kalung tersebut. “Ketulusanmu membuat cahaya kami lebih terang. Sekarang, kami akan mengirim Orin kembali ke langit.”


Kembalinya Orin


Kunang-kunang membentuk lingkaran besar di sekitar Orin, memancarkan cahaya yang begitu terang hingga malam terasa seperti siang. Perlahan, Orin mulai melayang ke udara.


“Lila, terima kasih atas bantuanmu. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu!” kata Orin sambil tersenyum.


Lila melambaikan tangan dengan mata berkaca-kaca. “Hati-hati, Orin! Jangan jatuh lagi, ya!”


Orin tertawa kecil dan perlahan menghilang di antara bintang-bintang lainnya. Kunang-kunang pun kembali ke hutan setelah memberikan cahayanya yang luar biasa.


Pesan dari Langit


Keesokan harinya, saat matahari sudah terbit, Lila menemukan sesuatu di taman belakang rumahnya. Sebuah kalung bintang yang berbeda—lebih indah dari yang ia miliki sebelumnya, bersinar dengan lembut seperti cahaya Orin.


Lila tersenyum dan memakainya. Ia merasa bahwa Orin masih mengawasinya dari atas sana.


Setiap malam, Lila selalu menatap ke langit dan mencari bintang kecil yang bersinar paling terang. Ia yakin itu adalah Orin, sahabat barunya di langit.


Leave A Comment