-sungai-yang-berbisik-870x444.jpg)
Di antara perbukitan yang selalu diselimuti kabut pagi dan langit biru yang seakan tak pernah marah, tersembunyi sebuah desa bernama Lembah Embun. Desa ini kecil, damai, dan penuh warna. Atap rumahnya dari jerami, dindingnya dari tanah liat yang dibakar matahari, dan suara tawa anak-anak selalu mengisi udara pagi.
Namun, permata sejati dari desa ini bukanlah rumah-rumahnya, melainkan sungai yang mengalir di jantung desa. Namanya Sungai Lumina, dinamai demikian karena airnya selalu tampak berkilauan seperti cahaya bulan, bahkan di siang hari.
Orang tua di desa berkata: “Sungai Lumina tidak hanya membawa air, tapi juga membawa jiwa desa. Ia mendengarkan, dan jika kau sabar... ia membalas.”
Tapi hanya sedikit yang percaya bahwa Sungai Lumina bisa bicara—kecuali seorang gadis kecil bernama Ayla.
Anak Bernama Ayla
Ayla berusia sepuluh tahun. Ia punya rambut hitam panjang yang selalu dikepang dua, dan mata yang memantulkan rasa ingin tahu tanpa akhir. Ia tinggal bersama ibunya, seorang penenun, dan adiknya, Rumi, yang baru berusia tiga tahun.
Sejak kecil, Ayla punya kebiasaan yang unik: berbicara pada alam. Ia berbicara pada bunga, pepohonan, burung, dan tentu saja—sungai. Ia sering berjongkok di tepi Sungai Lumina, mencelupkan jari ke air, dan berkata:
Ayla: "Halo, Sungai Lumina. Apa kabarmu hari ini? Apakah ikan-ikanmu tidur nyenyak semalam?"
Suatu pagi, saat embun belum menguap dari daun-daun, dan sinar matahari masih malu-malu menyapa desa, Ayla mendengar sesuatu yang membuat jantungnya berhenti sejenak.
Sungai (berbisik lembut): “Ayla...”
Ia membeku. Air sungai bergetar pelan, dan suara itu muncul lagi.
Sungai: “Ayla, dengarkan aku...”
Matanya membelalak.
Ayla: "Kau... kau bisa bicara?!"
Sungai: “Aku selalu bisa. Tapi hanya mereka yang hatinya bersih bisa mendengar suaraku.”
Ayla: "Kenapa kau bicara padaku sekarang?"
Sungai Lumina mengalir lebih cepat, seolah gugup.
Sungai: “Bahaya mendekat, Ayla. Hutan di hulu akan ditebang. Jika pohon-pohon hilang, aku akan kehilangan sumber airku. Aku akan mati... dan desamu akan menderita.”
Ayla terdiam. Angin pun seperti ikut membeku.
Sungai: “Kau satu-satunya yang bisa menyelamatkanku. Kau harus memperingatkan para tetua.”
Suara Kecil yang Berani
Hari itu juga, Ayla berlari ke balai desa. Suaranya tersengal ketika berbicara.
Ayla: "Tolong... kalian harus dengar aku! Sungai Lumina bicara padaku! Ia dalam bahaya!"
Para tetua menatap heran. Beberapa warga tertawa kecil.
Warga: "Anak-anak dan khayalan mereka..."
Tapi Nenek Lira, tetua perempuan tertua di desa, menatap Ayla dalam-dalam. Ia berdiri dan berkata:
Nenek Lira: "Hati-hati menyepelekan suara kecil. Ayla, ceritakan dari awal."
Ayla menceritakan semuanya. Tentang bisikan sungai, ancaman dari hulu, dan mimpi aneh yang ia alami malam sebelumnya—mimpi tentang hutan yang terbakar dan sungai yang kering.
Untuk membuktikan ceritanya, Ayla menunjukkan sebatang ranting yang mengapung di sungai pagi itu. Ranting itu terukir lambang perusahaan: LAPAK - Lembah Atas Perkebunan Kayu.
Kakek Ranu (kepala desa): "Ini... ini serius. LAPAK adalah perusahaan dari kota yang terkenal suka menebang hutan."
Perjalanan ke Hulu
Keesokan harinya, Ayla bersama para tetua dan beberapa pemuda desa berjalan ke hulu sungai. Mereka melewati hutan lebat, mendaki bukit, dan menyeberangi aliran deras yang mulai berkurang debitnya.
Dari kejauhan, mereka melihat truk-truk besar dan gergaji mesin. Hutan itu masih utuh, tapi beberapa pohon sudah ditandai dengan cat merah—tanda bahwa hidup mereka tinggal hitungan hari.
Ayla (berbisik pada sungai): "Kami datang, Lumina. Kami akan menjagamu."
Mereka bertemu dengan Pak Gani, kepala proyek penebangan.
Pak Gani: "Kami punya izin sah. Hutan ini kosong, tidak ada desa di sekitarnya."
Kakek Ranu: "Kami di hilir. Jika kalian menebang, kalian membunuh sumber air kami."
Pak Gani terdiam. Ia tak tahu ada desa di bawah sana.
Pak Gani: "Aku... aku harus melapor pada atasanku. Kami tidak ingin menciptakan bencana."
Setelah diskusi panjang, perusahaan akhirnya memutuskan membatalkan proyek. Hutan pun selamat.
Hadiah dari Alam
Malam itu, Ayla duduk di bawah sinar bulan di tepi Sungai Lumina. Air sungai mengalir lembut, membawa suara yang akrab.
Sungai: “Terima kasih, Ayla. Kau telah menyelamatkanku. Dan kau telah menyelamatkan desamu.”
Ayla: "Aku hanya seorang anak. Tapi aku tahu... kalau kita diam, alam bisa menangis sendiri."
Sungai: “Mulai malam ini, kau adalah Penjaga Sungai. Jika suatu hari bumi bersuara lagi, kau akan mendengarnya.”
Dari dasar sungai, muncul bunga teratai biru—bunga yang belum pernah dilihat siapa pun. Itu adalah tanda perjanjian antara manusia dan alam.
Tahun berganti. Ayla tumbuh menjadi penjaga lingkungan, pengajar, dan pemimpin muda. Tapi setiap malam, ia masih kembali ke Sungai Lumina.
Ayla (dewasa): "Aku tidak akan pernah melupakan suaramu."
Dan Sungai Lumina pun masih berbisik.
Sungai: “Dan aku akan selalu menjawabmu.”
Same In Category
- Yuk, Stimulasi Sensori dan Latih Kemandirian Si Kecil saat Belajar Mandi Sendiri!
- Yuk, Siapkan Perlengkapan Musim Hujan untuk Si Kecil
- Yuk, Pelajari Cara Mempercepat Pembukaan 1 Ke 10 Agar Persalinan Lancar
- Yuk, Ketahui Posisi Tidur Bayi agar Tidak Gumoh!
- Yuk, Kenali Cara Mendeteksi dan Penyebab Bayi Terlilit Tali Pusar
- Yuk, Kenalan dengan Metode Gentle Birth!
- Yuk Mom, Simak Cara Mencegah Anak Kelelahan selama Mudik Lebaran
- Yoga Hamil, Apa Manfaatnya untuk Janin?
- Yang Cepat Tak Selalu Baik, Ini Bahaya Bayi Duduk Sebelum Waktunya
- Willow Mom, Ini Dia Cara Mengatasi Biang Keringat Pada Bayi
Related Blogs By Tags
- Yuk, Stimulasi Sensori dan Latih Kemandirian Si Kecil saat Belajar Mandi Sendiri!
- Yuk, Siapkan Perlengkapan Musim Hujan untuk Si Kecil
- Yuk, Ketahui Posisi Tidur Bayi agar Tidak Gumoh!
- Yuk Mom, Simak Cara Mencegah Anak Kelelahan selama Mudik Lebaran
- Yang Cepat Tak Selalu Baik, Ini Bahaya Bayi Duduk Sebelum Waktunya
- Willow Mom, Ini Dia Cara Mengatasi Biang Keringat Pada Bayi
- Waspadai Penyakit yang Timbul setelah Anak Berenang
- Waspada! Kulit Bayi Rentan Infeksi Jamur saat Musim Hujan
- Waspada Obesitas pada Bayi, Ini Cara Mengatasinya!
- Waspada Black Mold Tumbuh di Ruangan Lembab Mengganggu Kesehatan Anak
Leave A Comment