Welcome, Mom/Dad!
google_button Or please Login / Register!
Makrosefali, Kondisi Lingkar Kepala Bayi Lebih dari Normal

Makrosefali, Kondisi Lingkar Kepala Bayi Lebih dari Normal

Bisa dicegah dengan melakukan pengukuran mandiri, Mom.

Sebagian bayi dilahirkan dengan kondisi makrosefali atau ketika lingkar kepala besar dari normalnya. Apakah kondisi ini bisa diketahui atau dicegah sejak dalam kandungan? Yuk, kenali bersama serba-serbi makrosefali pada bayi baru lahir.


Gejala Makrosefali Bayi


Macrocephaly atau makrosefali adalah sebutan untuk kepala bayi yang berukuran lebih besar dari rata-rata. Sebagian besar kasus seperti ini tidak berbahaya jika masih dalam batas wajar. Namun, ada pula kondisi yang mengarah pada tanda-tanda atau gejala penyakit tertentu. Melansir UNC School of Medicine, berikut gejala dari makrosefali pada bayi yang perlu diwaspadai, antara lain:


  1. Ada indikasi cacat mental atau keterlambatan tumbuh kembang
  2. Pertumbuhan kepala membesar yang cepat
  3. Memperlambat pertumbuhan bagian tubuh lainnya
  4. Diikuti penyakit lain seperti epilepsi atau autisme


Jika ada sesuatu yang aneh atau mencurigakan, dokter biasanya akan mengukur kepala bayi yang membesar. Apakah kepala bayi membesar karena fungsi otak, ada cairan di tengkorak, ataupun pertumbuhan tulang tengkorak berlebihan.


Nantinya, diagnosis makrosefali akan dilakukan tes seperti CT atau MRI scan. Setelah itu, Si Kecil mungkin perlu melakukan tes darah atau tes genetik untuk mengetahui diagnosis akhir penyakit.


Penyebab Makrosefali pada Bayi


Makrosefali adalah kondisi yang bisa dialami bayi laki-laki maupun perempuan tanpa mengenal gender. Ada berbagai penyebab umum yang membuat kepala bayi besar dari ukuran rata-rata. Berikut sejumlah faktor yang menyebabkan macrocephaly, di antaranya:


  1. Sindrom Sotos
    Sindrom Sotos adalah suatu penyakit yang membuat kepala bayi membesar dibandingkan rata-rata normalnya. Kondisinya menyebabkan pertumbuhan fisik yang cepat sebelum lahir dan setelah lahir sekalipun.
    Selain makrosefali, bentuk kepala bayi juga akan lebih panjang dari biasanya. Si Kecil dengan kondisi ini juga cenderung mengalami keterlambatan perkembangan tumbuh kembang.

  2. Genetik
    Ada beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terkena makrosefali, seperti genetika. Studi dalam Peds Medicine menjelaskan bahwa ini merupakan kondisi yang bisa diturunkan dalam riwayat keluarga.
    Diperkirakan juga bahwa anak-anak dengan autisme memiliki risiko makrosefali yang lebih tinggi. Peluang terkena penyakit ini memperkirakan 15 sampai 35% anak-anak dengan autisme, akan mengalami ukuran kepala lebih besar.
    Meski demikian, hingga sampai sekarang tak ada bukti khusus apakah ini didasarkan jenis kelamin, atau ras tertentu.

  3. Pendarahan di Otak
    Si Kecil dengan pertumbuhan berlebih pada kepala, mungkin disebabkan karena pendarahan otak. Orang dengan makrosefali sering mengalami hidrosefalus. Ini adalah kondisi di mana jumlah cairan serebrospinal yang sangat tinggi terkumpul di otak.
    Pendarahan yang terjadi secara tiba-tiba ini bisa menimbulkan gejala atau tanpa gejala. Biasanya, pendarahan baru akan terlihat ketika dokter melakukan pemeriksaan CT scan atau MRI scan. Anak mungkin akan menunjukkan gejala lain apabila makrosefali tampak cukup mengganggu.

  4. Infeksi Tertentu
    Infeksi atau terjadi peradangan tertentu dapat menyebakan makrosefali pada bayi. Makrosefali adalah suatu kondisi yang tak boleh disepelekan. Jika dibiarkan, ini bisa merambat ke organ tubuh lainnya dengan cepat. Terlebih jika ini disebabkan oleh suatu infeksi yang tidak disadari.
    Infeksi pada otak karena bakteri ataupun virus, bisa membuat penderitanya merasakan gejala lain. Ini meliputi ketidakmampuan untuk berpikir, rasa mual berlebihan, serta sakit kepala.

  5. Pertumbuhan Lambat
    Melansir Cleveland Clinic, kondisi ini juga disebabkan karena pertumbuhan lambat pada Si Kecil.
    Hal ini membuat penderitanya tak menerima fungsi tubuh dengan optimal. Pertumbuhan lambat ini bisa karena faktor nutrisi yang terpenuhi. Baik dari proses menyusui, asupan yang diterima sejak lahir, ataupun ketika ia menerima MPASI.
    Ukuran kepala bayi yang membesar karena hal ini bisa diatasi dengan melakukan berbagai perawatan medis.


Diagnosa Makrosefali Bayi


Willow Mom sudah mengetahui seperti apa gejala dan penyebab makrosefali pada bayi. Lalu, bagaimana dilakukan diagnosis pada kondisi ini?


  1. Sebelum Lahir
    Dokter kandungan Willow Mom dapat menentukan apakah Si Kecil menderita makrosefali sebelum dilahirkan. Hal ini dilakukan dengan meninjau hasil tes USG rutin yang dilakukan pada akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga kehamilan.

  2. Setelah Lahir
    Dokter anak akan mengukur lingkar kepala bayi pada setiap kunjungan pemeriksaan kesehatan, hingga usia lima tahun.
    Dokter akan membandingkan ukuran kepala Si Kecil dengan grafik pertumbuhan normal untuk anak-anak seusia dan jenis kelamin yang sama. Mereka juga akan mempertimbangkan ukuran kepala orang tua dan kakek nenek kandung.


Komplikasi Akibat Makrosefali


Komplikasi jarang terjadi pada makrosefali dengan kasus jinak. Tapi, ini tak menutup kemungkinan bisa dialami sebagian anak. Orang dengan pertumbuhan berlebih pada kepala, mungkin mengalami kompresi batang otak.


Ini membutuhkan pembedahan untuk mengembalikan otak ke ukuran yang normal. Komplikasi lain yang mungkin terjadi termasuk: kejang atau epilepsi dan gangguan kesehatan setelah lahir. Tak hanya itu, komplikasi akibat makrosefali ini juga bisa membuat anak tak tumbuh dengan sempurna.


Pengobatan Makrosefali pada Bayi


Lalu, apakah kondisi kepala bayi yang membesar ini bisa dicegah atau diobati? Berikut sejumlah upaya yang bisa dilakukan Willow Mom, di antaranya:


  1. Akan Sembuh Sendiri
    Makrosefali yang disebabkan oleh adanya tumor jinak, biasanya akan dibiarkan oleh dokter. Dikenal dengan BESSI, ini bersifat jinak dan tidak membahayakan.
    Dalam kondisi ini, ada cairan serebrospinal ekstra di area otak mereka, tetapi tidak menyebabkan kerusakan. Hal seperti ini diyakini akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus.
    Meski demikian, ini pun perlu ditelaah lebih lanjut apakah ada indikasi membesar atau tidak tumor jinak tersebut.

  2. Terapi Tumbuh Kembang
    Perawatan berkelanjutan mungkin diperlukan untuk mengatasi makrosefali. Ini biasanya dilakukan apabila kepala membesar ini diyakini dari genetika atau telah ada karena bawaan keluarga.
    Terapi tumbuh kembang dibutuhkan untuk Si Kecil agar bisa hidup normal seiring hidupnya. Terapi yang dibutuhkan dan disarankan medis meliputi: terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara dan bahasa, serta terapi perilaku.
    Memang tak bisa dilakukan secara instan, terapi ini membutuhkan waktu yang lama untuk Si Kecil beradaptasi.

  3. Operasi atau Pembedahan
    Makrosefali yang membutuhkan operasi apabila kondisi yang mendasari membutuhkan tindakan cepat. Ini misalnya ditemukan ada infeksi ataupun peradangan lain yang memicu komplikasi.
    Pembedahan ini pun tak dilakukan pada semua kasus ini. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk menimalisir risiko yang terjadi nantinya.


Pencegahan Makrosefali pada Bayi


Makrosefali adalah istilah yang berarti "kepala besar". Kata itu tidak menunjukkan kondisi yang berbahaya, Mom. Kepala besar bisa menjadi kondisi yang benar-benar normal dan sehat jika ukuran kepala besar menjadi ciri khas keluarga.


Pencegahan yang dilakukan di sini yakni dengan mengamati kondisi kepala bayi sejak ia lahir. Apakah ukuran tampak normal atau berbeda dari rata-rata? Setiap melakukan program imunisasi setiap bulannya, dokter juga akan mengukur lingkar kepala bayi untuk mendiagnosisnya.


Oleh karena itu, pastikan Willow Mom selalu mengamati dan melihat tanda-tanda tak bisa yang terjadi pada Si Kecil, ya. Demikian serba-serbi makrosefali pada bayi baru lahir, semoga bermanfaat, Mom!


Leave A Comment