-balon-merah-ajaib-870x444.jpg)
Di sebuah desa kecil yang tenang dan dikelilingi perbukitan hijau, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Raka.
Ia tinggal bersama ibu dan adik perempuannya, Rani, di sebuah gubuk sederhana di pinggir desa. Walaupun kehidupan mereka penuh perjuangan, Raka selalu ceria. Setiap sore, ia suka bermain di padang rumput dekat rumahnya, tempat ia bisa melupakan sejenak beban hidup.
Suatu sore, saat angin sepoi-sepoi bertiup dan langit mulai berubah jingga, Raka sedang berlarian mengejar kupu-kupu. Saat itulah ia melihat sesuatu yang mengkilap di semak-semak. Dengan rasa ingin tahu, ia mendekat.
"Eh, apa itu?" gumam Raka sambil mengintip. Ia melihat sebuah balon merah cerah tersangkut di semak berduri.
Dengan hati-hati, Raka mengambil balon itu. Ajaibnya, balon itu tidak kempes atau kotor, meski dikelilingi duri. Saat ia menggenggamnya, tiba-tiba terdengar suara lembut, namun jelas.
"Terima kasih sudah membebaskanku!"
Raka tersentak dan melihat ke sekeliling. "Siapa itu? Siapa yang bicara?" tanyanya panik.
"Ini aku, balon merah," jawab suara itu.
Raka melongo. "Balon? Kamu bisa bicara?"
"Tentu saja. Aku bukan balon biasa. Aku adalah balon ajaib. Aku bisa mengabulkan tiga permintaanmu. Tapi ingat, gunakanlah dengan bijaksana," kata balon itu.
Raka terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar. "Tiga permintaan? Serius? Ini seperti dongeng!" serunya sambil tertawa.
"Ya, tapi jangan sia-siakan kesempatan ini," balon itu mengingatkan.
Raka tersenyum lebar. "Baiklah, kalau begitu, aku akan mencobanya!"
Permintaan Pertama
Raka berpikir keras. Hari itu, ia belum makan karena ibunya hanya punya sedikit nasi untuk dibagi. Akhirnya, ia berkata, "Aku ingin sepotong roti besar, karena aku lapar!"
Balon merah bersinar terang, dan dalam sekejap, di tangan Raka muncul sepotong roti besar yang masih hangat, harum, dan menggoda.
"Wah! Ini benar-benar ajaib!" seru Raka. Ia langsung menggigit roti itu dengan lahap.
Roti itu sangat lezat, lebih enak dari roti mana pun yang pernah ia makan. Raka merasa sangat senang, tetapi ia juga mulai berpikir bahwa permintaan berikutnya harus lebih bermanfaat, tidak hanya untuk dirinya.
Permintaan Kedua
Keesokan harinya, Raka melihat ibunya bangun pagi-pagi buta untuk bekerja di sawah yang gersang. Ibu sering pulang dengan tubuh letih dan padi yang tidak terlalu banyak. Melihat itu, hati Raka terenyuh.
"Ibu pasti lelah sekali," gumamnya. Lalu ia berbicara pada balon merah, "Aku ingin sawah keluargaku menjadi subur dan menghasilkan banyak padi, agar ibu tidak terlalu capek."
Balon merah kembali bersinar terang. "Permintaanmu penuh kasih sayang, Raka. Akan kukabulkan."
Saat sore tiba, Raka dan ibunya pergi ke sawah. Mereka terkejut melihat sawah itu berubah. Padi tumbuh hijau, subur, dan siap panen lebih awal. Daun-daunnya segar, berkilauan di bawah sinar matahari.
"Ini keajaiban! Tuhan memberkati kita!" kata ibu Raka sambil menangis bahagia.
"Ibu, sekarang ibu tidak perlu terlalu keras bekerja lagi," kata Raka sambil memeluk ibunya.
Ibu mengusap kepala Raka dengan penuh kasih sayang, tidak menyadari bahwa semua itu berkat balon merah.
Pertemuan dengan Sita
Hari-hari berlalu, dan Raka merasa puas dengan permintaan-permintaannya. Namun, ia belum memutuskan apa yang akan ia minta untuk permintaan terakhir.
Suatu hari, ia bertemu dengan Sita, temannya, yang sedang duduk di tepi sungai dengan wajah murung.
"Sita, kenapa kamu sedih?" tanya Raka.
"Sapi keluargaku hilang. Tanpa sapi itu, ayah dan ibu tidak bisa mengolah ladang. Aku sudah mencarinya ke mana-mana, tapi tidak menemukannya," jawab Sita sambil menangis.
Raka merasa kasihan. Ia tahu betapa pentingnya sapi itu bagi keluarga Sita. Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan untuk menggunakan permintaan terakhirnya.
"Balon merah, aku ingin sapi Sita kembali dengan selamat," katanya dengan suara tegas.
Balon merah bersinar terang untuk ketiga kalinya. Tiba-tiba, dari arah hutan, terdengar suara sapi menguak. Sapi itu berjalan pelan-pelan menuju mereka.
"Sapiku!" seru Sita dengan gembira. Ia berlari menghampiri sapi itu dan memeluknya. "Terima kasih, Raka! Kamu teman terbaik!"
Raka tersenyum. "Sama-sama, Sita. Aku senang bisa membantu."
Perpisahan dengan Balon Merah
Setelah permintaan terakhir dikabulkan, balon merah berkata, "Raka, tiga permintaanmu sudah habis. Sekarang saatnya aku pergi untuk membantu anak-anak lain yang membutuhkan."
Raka memandang balon itu dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, balon merah. Kau telah mengubah hidupku dan orang-orang di sekitarku. Aku tidak akan melupakanmu."
Balon merah perlahan terbang ke langit. Angin membawanya semakin tinggi hingga ia menghilang di balik awan.
Sejak saat itu, Raka hidup lebih bahagia. Ia belajar bahwa kebahagiaan sejati adalah ketika kita berbagi dan membantu orang lain. Dengan hati yang lapang, Raka tumbuh menjadi anak yang bijaksana dan selalu menolong sesama.
Same In Category
- Yuk, Stimulasi Sensori dan Latih Kemandirian Si Kecil saat Belajar Mandi Sendiri!
- Yuk, Siapkan Perlengkapan Musim Hujan untuk Si Kecil
- Yuk, Pelajari Cara Mempercepat Pembukaan 1 Ke 10 Agar Persalinan Lancar
- Yuk, Ketahui Posisi Tidur Bayi agar Tidak Gumoh!
- Yuk, Kenali Cara Mendeteksi dan Penyebab Bayi Terlilit Tali Pusar
- Yuk, Kenalan dengan Metode Gentle Birth!
- Yuk Mom, Simak Cara Mencegah Anak Kelelahan selama Mudik Lebaran
- Yoga Hamil, Apa Manfaatnya untuk Janin?
- Yang Cepat Tak Selalu Baik, Ini Bahaya Bayi Duduk Sebelum Waktunya
- Willow Mom, Ini Dia Cara Mengatasi Biang Keringat Pada Bayi
Related Blogs By Tags
- Yuk, Stimulasi Sensori dan Latih Kemandirian Si Kecil saat Belajar Mandi Sendiri!
- Yuk, Siapkan Perlengkapan Musim Hujan untuk Si Kecil
- Yuk, Ketahui Posisi Tidur Bayi agar Tidak Gumoh!
- Yuk Mom, Simak Cara Mencegah Anak Kelelahan selama Mudik Lebaran
- Yang Cepat Tak Selalu Baik, Ini Bahaya Bayi Duduk Sebelum Waktunya
- Willow Mom, Ini Dia Cara Mengatasi Biang Keringat Pada Bayi
- Waspadai Penyakit yang Timbul setelah Anak Berenang
- Waspada! Kulit Bayi Rentan Infeksi Jamur saat Musim Hujan
- Waspada Obesitas pada Bayi, Ini Cara Mengatasinya!
- Waspada Black Mold Tumbuh di Ruangan Lembab Mengganggu Kesehatan Anak
Leave A Comment