Welcome, Mom/Dad!
google_button Or please Login / Register!
Dongeng Time: Petualangan Kapal Kertas

Dongeng Time: Petualangan Kapal Kertas

Di sebuah desa kecil yang tenang, hiduplah seorang anak bernama Raka, yang selalu penuh rasa ingin tahu. Ia gemar menggambar, melipat kertas, dan membayangkan dunia-dunia ajaib di balik hal-hal sederhana.

Pada sore hari yang cerah, Raka duduk di pinggir sungai kecil di belakang rumah neneknya, membawa secarik kertas putih bersih.


Raka (berbisik): “Apa kau bisa jadi kapal penjelajah samudra? Ayo kita coba…”


Ia mulai melipat kertas itu dengan hati-hati. Setiap lipatan disertai bisikan harapan. Setelah beberapa menit, sebuah kapal kertas mungil terbentuk, rapi dan ramping.


Raka (tersenyum puas): “Namamu adalah… Si Putih Pemberani. Karena kamu akan berani pergi sejauh mungkin!”


Raka menaruh kapal itu ke atas air. Tapi yang terjadi benar-benar ajaib—kapal itu berkilau seperti dilapisi debu bintang, lalu bergerak sendiri!


Kapal Kertas: “Terima kasih sudah memberiku nama, Raka! Aku akan menjelajah dunia dan pulang membawa cerita!”


Raka (terbelalak): “Kamu… kamu bisa bicara?!”


Kapal: “Tentu saja! Keajaiban terjadi saat impian dan imajinasi bertemu.”


Sungai pun membawa Si Putih hanyut perlahan, meninggalkan Raka yang masih takjub, namun penuh harap.


Hutan Bayangan dan Katak Bijak


Saat Si Putih menyusuri aliran sungai, ia masuk ke daerah yang lebih teduh. Dedaunan rimbun menggantung rendah, membuat sungai tampak seperti lorong hijau. Di sinilah ia bertemu dengan seekor katak tua duduk di atas daun teratai besar, mengenakan kacamata bundar kecil.


Katak: “Selamat datang, wahai kapal kertas. Apa kau tahu jalanmu?”


Si Putih: “Aku sedang menjelajah. Belum tahu pasti ke mana, tapi aku ingin melihat dunia.”


Katak: “Kalau begitu, ingat ini: sungai bercabang dua. Pilih yang airnya berkilau di malam hari. Yang satu lagi membawa kesedihan.”


Si Putih mengangguk sopan dan melanjutkan perjalanan. Di malam hari, ia benar-benar sampai di percabangan sungai. Satu aliran tenang dengan air keperakan yang memantulkan cahaya bulan, satunya gelap dan beraroma anyir.


Si Putih (menggigil pelan): “Aku akan ikuti nasihat si katak.”


Dan ia pun memilih jalur yang memantulkan cahaya.


Danau Permen dan Si Beruang Koki


Jalur itu membawanya ke danau yang luar biasa aneh: airnya merah muda, beraroma stroberi, dan penuh benda-benda mengapung seperti marshmallow dan lolipop.


Di tepian, ada beruang besar dengan celemek dan topi koki. Ia sedang memanggang sesuatu di atas api kecil dari batang kayu manis.


Beruang: “Ho-ho-ho! Tamu langka! Ayo, cicipi Permen Apung Buatan Sendiri!”


Si Putih: “Terima kasih, Tuan Beruang. Tapi aku takut aku akan tenggelam jika terlalu lama di sini…”


Beruang: “Kau benar. Banyak kapal manis yang tak bisa keluar dari danau ini karena terlalu tergoda. Ambillah Daun Mint Ajaib ini. Tempelkan di layar kertasmu, dan kau akan tetap ringan.”


Dengan bantuan daun itu, Si Putih bisa menghindari perangkap manis yang menggoda dan melaju cepat keluar dari Danau Permen.


Pulau Angin dan Layang-Layang Emas


Arus sungai berubah menjadi lebih deras dan membawa Si Putih ke sebuah pulau kecil di tengah danau luas. Di pulau itu, tidak ada pohon—hanya ribuan layang-layang berwarna cerah yang melayang sendiri di udara.


Layang-layang Emas (dari langit): “Wahai kapal kertas, kau mencari petualangan? Maka hadapilah Ujian Angin Timur!”


Tiba-tiba, angin kuat datang menerpa, mencoba membalikkan Si Putih. Tapi ia mengencangkan layar daunnya dan menunduk rendah, menembus badai.


Si Putih: “Aku tak akan menyerah! Aku ingin menjadi kapal pemberani!”


Setelah berhasil melewati angin, layang-layang emas turun dan memberinya benang emas sebagai lambang keteguhan hati.


Lautan Origami dan Si Naga Kertas


Akhirnya, Si Putih tiba di lautan luas: Lautan Origami, di mana kapal, paus, dan bahkan naga terbuat dari lipatan kertas. Tapi di sana, ada satu makhluk yang menakutkan: Naga Kertas Merah, yang menjaga sebuah pusaran air.


Naga Kertas: “Hanya yang tulus dan tabah yang boleh melewati pusaran ke sungai pulang!”


Si Putih: “Aku tak punya kekuatan besar… tapi aku punya kisah, teman, dan tekad.”


Naga itu memandangnya dalam diam, lalu perlahan membuka jalan:


Naga Kertas: “Kekuatan bukanlah tentang besar atau tajamnya taring. Tapi seberapa kuat kau bertahan tanpa kehilangan kebaikanmu.”


Pusaran pun berubah menjadi jalan air yang tenang dan berkilauan.


Pulang ke Raka


Saat senja, Si Putih kembali ke sungai kecil tempat ia diluncurkan. Raka sudah duduk menunggu, dengan wajah penuh harap.


Raka: “Kau kembali…”


Si Putih: “Aku melihat keajaiban, melewati badai, dan bertemu teman-teman yang luar biasa. Tapi yang paling penting, aku tahu ke mana harus kembali.”


Raka mengangkat Si Putih dengan hati-hati, menaruhnya di rak kayu dekat jendela, di bawah sinar matahari terakhir hari itu.


Setiap malam, ketika angin bertiup lembut melalui jendela kamar Raka, terdengar suara bisikan kecil:


“Aku masih ingin berlayar… tapi malam ini, aku bahagia di rumah.”


Leave A Comment