-buku-ajaib-di-loteng-870x444.jpg)
Di sebuah desa kecil bernama Rimba Mendung, tinggal seorang anak perempuan bernama Lara Aksara, berusia sembilan tahun. Ia tinggal bersama ibunya di rumah tua peninggalan kakek-neneknya. Rumah itu besar, terbuat dari kayu jati, dan memiliki satu ruangan yang selama ini tak pernah ia masuki: loteng.
Loteng itu selalu terkunci. Lara sering membayangkan benda-benda aneh tersembunyi di sana: boneka tua yang bisa bicara, lukisan yang bergerak, atau... peti berisi rahasia kuno.
Ke Loteng yang Terkunci
Hari itu hujan turun sangat deras. Angin mengayun-ayunkan daun dan membuat jendela bergetar. Lara duduk bosan di ruang tamu, memandangi buku-buku yang sudah ia baca berulang kali.
Lara: "Ibu, aku bosan. Semua bukunya sudah kubaca tiga kali."
Ibu (tersenyum): "Kenapa tidak coba ke loteng? Kunci loteng ada di dalam laci tua dekat lemari dapur. Tapi hati-hati ya. Banyak debu di sana."
Lara (mata membesar): "Serius, Bu? Aku boleh ke loteng?"
Ibu: "Boleh. Tapi jangan lupa pakai masker dan bawa senter."
Dengan bersemangat, Lara mengambil kunci, senter, masker kain, dan naik ke atas tangga berderit menuju pintu kayu tua berwarna coklat gelap. Dengan tangan gemetar karena antusiasme, ia memasukkan kunci dan...
Klik.
Pintu terbuka, dan aroma kayu tua bercampur debu menyeruak keluar.
Peti Tua dan Buku yang Bersinar
Loteng itu gelap, penuh sarang laba-laba dan kotak-kotak karton berlabel tahun-tahun lama: 1978, 1983, 1995. Lara menyibak tumpukan barang sampai matanya tertumbuk pada sebuah peti kayu berukir. Ukirannya bergambar burung hantu, bintang, dan simbol aneh seperti bulan terbalik.
Lara: "Hmmm... ini pasti milik Kakek."
Ia membuka peti itu. Di dalamnya, terbungkus kain beludru hitam, terdapat sebuah buku tebal bersampul hijau zamrud, dengan judul berkilau:
“Buku Ajaib: Gerbang ke Dunia yang Tersembunyi”
Lara menyentuh permukaan buku. Saat itu juga, seluruh ruangan mendadak bergetar pelan, dan halaman pertama buku menyala terang.
Lara (panik): "Apa yang terjadi?!"
Sebelum ia sempat menutupnya, tubuhnya tersedot ke dalam pusaran cahaya dari halaman buku. Ia berteriak, namun tak ada yang mendengar.
Dunia Ceritera
Saat ia membuka mata, Lara tidak lagi berada di loteng. Ia berdiri di padang luas berumput biru, langit berwarna ungu muda, dan pepohonan berdahan kristal. Awan di langit membentuk hewan-hewan dongeng seperti naga, unicorn, dan griffin.
Lara (terpukau): "Di mana aku...?"
Tiba-tiba, seekor kelinci mengenakan rompi beludru hijau dan topi bundar menghampirinya sambil membawa tongkat kecil.
Kelinci: "Selamat datang, Tuan Putri Pembaca! Saya Sir Morriwop, penjaga gerbang kata."
Lara: "Kelinci... berbicara...? Aku gila ya?"
Sir Morriwop (tertawa kecil): "Tidak, Nak. Kau telah masuk ke dalam Buku Ajaib. Ini adalah Dunia Ceritera, tempat semua kisah hidup, bernafas, dan berjalan sendiri."
Lara masih tak percaya, tapi semua terlihat dan terasa nyata. Angin berhembus lembut, rumput bergerak, dan jauh di atas, seekor naga terbang perlahan.
Misi Tiga Ujian
Sir Morriwop membawa Lara ke sebuah menara tinggi terbuat dari buku-buku raksasa yang bertumpuk membentuk spiral. Di puncaknya, tinggal seekor naga tua berjanggut bernama Fyrandir, sang Penjaga Kata.
Fyrandir (suara berat dan dalam): "Kau adalah Pembaca Terpilih. Tapi kau tidak bisa kembali ke duniamu begitu saja. Harus kau lalui Tiga Ujian Ceritera. Hanya jika kau berhasil, pintu kembali akan terbuka."
Lara menelan ludah, tapi ia mengangguk.
Lara: "Apa pun ujiannya... aku akan coba."
Ujian Cerita Terlupakan
Ujian pertama membawa Lara ke sebuah lembah berkabut yang penuh buku usang. Tapi semua halaman dalam buku itu kosong, seolah telah lupa isinya. Roh Cerita, cahaya kecil berbentuk pena melayang, berbicara lembut.
Roh Cerita: "Hidupkan kembali satu cerita lama. Ceritakan dengan hatimu. Hanya kisah yang tulus bisa mengisi halaman yang terlupa."
Lara mengingat dongeng yang dulu selalu diceritakan Nenek: kisah Burung Pipit Kecil yang menyelamatkan Hutan dari kebakaran dengan membawa setetes air di paruhnya. Saat Lara mulai bercerita, halaman demi halaman di sekitarnya mulai bersinar, kata-kata muncul, dan warna kembali ke buku-buku.
Roh Cerita: "Ingat adalah bentuk cinta. Ujian pertama selesai."
Hutan Kalimat Terbelah
Ujian kedua membawa Lara ke hutan gelap di mana suara-suara berbisik tanpa arah: kata-kata acak beterbangan di udara—tanpa bentuk, tanpa makna. Di tengah hutan, ada papan besar:
“Satu kalimat benar membuka satu jalan. Kalimat palsu membuatmu berputar selamanya.”
Lara mulai menyusun kalimat dari kata-kata yang beterbangan.
Lara: "Bulan menyinari malam... bukan, menyinari pohon... ah! ‘Bulan menyinari jalan pulangku.’”
Jalan dari cahaya muncul di depannya. Ia terus menyusun kalimat demi kalimat, membentuk jalan menembus hutan. Beberapa kali ia tersesat, tapi ia belajar dari kesalahannya.
Cermin Penutup Cerita
Di ujian terakhir, Lara tiba di aula megah yang penuh cermin tinggi. Masing-masing cermin menunjukkan akhir cerita yang berbeda:
- Dalam satu cermin, ia menjadi ratu Dunia Ceritera.
- Di cermin lain, ia berpetualang selamanya di dunia ajaib.
- Tapi satu cermin memperlihatkan dirinya kembali ke rumah. Basah karena hujan, lelah, namun memeluk ibunya sambil tersenyum.
Sebuah suara muncul:
Suara Gaib: "Akhir sejati bukan yang paling megah, tapi yang paling jujur."
Lara mendekati cermin yang menunjukkan dirinya pulang.
Lara: "Aku ingin pulang. Rumahku... adalah akhir terbaik."
Ia menyentuh cermin.
Epilog: Hujan, Pelukan, dan Sebuah Rahasia
Lara membuka mata di loteng. Hujan masih turun di luar. Ia masih memegang buku bersampul hijau. Tapi sekarang buku itu tidak bersinar. Hanya sebuah buku tua biasa. Ia turun ke bawah.
Ibu (kaget): "Lara! Dari mana saja kamu? Kamu basah kuyup!"
Lara (tersenyum lelah): "Aku... baru saja pulang dari dunia yang sangat jauh, Bu."
Ibu (tertawa): "Kamu dan imajinasimu."
Tapi malam itu, Lara menulis semuanya di buku hariannya, dan menyelipkan buku ajaib itu di rak pribadinya. Siapa tahu... suatu hari nanti, ia akan membuka buku itu lagi.
Karena di balik debu dan kenangan lama, terkadang ada pintu menuju dunia luar biasa.
Same In Category
- Yuk, Stimulasi Sensori dan Latih Kemandirian Si Kecil saat Belajar Mandi Sendiri!
- Yuk, Siapkan Perlengkapan Musim Hujan untuk Si Kecil
- Yuk, Pelajari Cara Mempercepat Pembukaan 1 Ke 10 Agar Persalinan Lancar
- Yuk, Ketahui Posisi Tidur Bayi agar Tidak Gumoh!
- Yuk, Kenali Cara Mendeteksi dan Penyebab Bayi Terlilit Tali Pusar
- Yuk, Kenalan dengan Metode Gentle Birth!
- Yuk Mom, Simak Cara Mencegah Anak Kelelahan selama Mudik Lebaran
- Yoga Hamil, Apa Manfaatnya untuk Janin?
- Yang Cepat Tak Selalu Baik, Ini Bahaya Bayi Duduk Sebelum Waktunya
- Willow Mom, Ini Dia Cara Mengatasi Biang Keringat Pada Bayi
Related Blogs By Tags
- Yuk, Stimulasi Sensori dan Latih Kemandirian Si Kecil saat Belajar Mandi Sendiri!
- Yuk, Siapkan Perlengkapan Musim Hujan untuk Si Kecil
- Yuk, Ketahui Posisi Tidur Bayi agar Tidak Gumoh!
- Yuk Mom, Simak Cara Mencegah Anak Kelelahan selama Mudik Lebaran
- Yang Cepat Tak Selalu Baik, Ini Bahaya Bayi Duduk Sebelum Waktunya
- Willow Mom, Ini Dia Cara Mengatasi Biang Keringat Pada Bayi
- Waspadai Penyakit yang Timbul setelah Anak Berenang
- Waspada! Kulit Bayi Rentan Infeksi Jamur saat Musim Hujan
- Waspada Obesitas pada Bayi, Ini Cara Mengatasinya!
- Waspada Black Mold Tumbuh di Ruangan Lembab Mengganggu Kesehatan Anak
Leave A Comment